PEMIMPIN MANIPULATIVE

Sebagai Social worker, saya memiliki kesempatan untuk bergaul dengan berbagai pimpinan organisasi, dan saya telah melihat secara langsung dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh gaya kepemimpinan terhadap lingkungan kerja di organisasi mereka. Meskipun ada banyak pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang efektif yang mempromosikan kolaborasi, pertumbuhan, dan produktivitas, ada sisi gelap dari kepemimpinan yang harus kita hindari di Organisasi kita, yakni gaya kepemimpinan yang manipulatif.

Mengapa harus di hindari?. Karena Kepemimpinan manipulatif adalah pendekatan yang berbahaya dan kontraproduktif yang dapat memiliki efek negatif yang bertahan lama pada organisasi. Dalam catatan Ahad pagi ini, saya akan menjelaskan gaya kepemimpinan manipulatif dan membahas bagaimana mereka dapat merusak lingkungan kerja sebuah organisasi. Catatan yang saya getok tularkan dari berbagai sumber bacaan.

  1. Berkurangnya kepercayaan.

Salah satu masalah paling signifikan dengan pemimpin manipulatif adalah erosi kepercayaan. Kepercayaan adalah fondasi dari setiap lingkungan kerja yang sehat. Ketika team work merasa dimanipulasi, mereka menjadi skeptis terhadap pemimpin mereka, yang menyebabkan suasana beracun di mana kolaborasi dan komunikasi terbuka tertahan.

  1. Ketakutan dan kecemasan

Pemimpin manipulatif sering mengandalkan rasa takut dan intimidasi untuk mencapai tujuan mereka. Ini menciptakan lingkungan kerja di mana team work terus-menerus gelisah, takut akan dampak negative bagi dirinya jika mereka membuat kesalahan kerja atau berbicara. Lingkungan seperti ini dapat menyebabkan tingkat stres, kecemasan, dan bahkan kelelahan yang tinggi di antara anggota tim.

  1. Mengurangi semangat dan keterlibatan aktif.

Ketika team work merasa kontribusi mereka tidak benar-benar dihargai dan bahwa pemimpin mereka lebih tertarik untuk menggunakannya untuk keuntungan pribadi, moral dan keterlibatan mereka anjlok. Mereka mungkin menjadi tidak terlibat, menyebabkan penurunan produktivitas dan kemungkinan tingkat drop out menjadi meningkat [di Alzaytun sering disebut sebagai Kaslan]

  1. Kerja team yang tidak sehat.

Pemimpin manipulatif cenderung mengadu domba team work satu sama lain untuk kepentingan pribadi dan kewibawaan kepemimpinannya, dengan menciptakan budaya kompetisi daripada kolaborasi. Ini tidak hanya membahayakan kerja tim tetapi juga menghambat inovasi dan kreativitas, karena team work cenderung tidak berbagi ide di lingkungan yang tidak bersahabat, yakni tertutup satu sama lain.

  1. Penurunan loyalitas dan komitmen.

Team work yang berada dibawah kepemimpinan manipulatif cenderung tidak tetap setia kepada organisasi. Mereka mungkin mulai mencari peluang di tempat lain, yang mengarah ke tingkat drop out [Kasalan] yang lebih tinggi dan hilangnya bakat berharga yang telah termantain selama ini.

  1. Rusaknya reputasi.

Kepemimpinan manipulatif dapat menodai reputasi organisasi baik secara internal maupun eksternal. Team work yang mengalami kepemimpinan manipulatif lebih cenderung berbagi pengalaman negatif mereka, dan menarik serta menyembunyikan talenta terbaik. Selain itu, para pendukung organisasi mungkin menjadi waspada dalam melakukan hubungan dengan organisasi yang terkait dengan kepemimpinan tersebut.

  1. Kasus hukum dan etika

Dalam kasus ekstrim, kepemimpinan manipulatif dapat menyebabkan masalah hukum dan etika bagi diri dan organisasinya. Pemimpin yang terlibat dalam perilaku tidak etis dapat mengekspos organisasi terhadap tuntutan hukum, karena pelanggaran undang undang dan peraturan, serta mengakibatkan kerusakan reputasi diri dan organisasinya.

Bagaimana kita mengatasi kepemimpinan manpulative?.

Untuk memerangi kepemimpinan manipulatif dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, organisasi harus mengambil beberapa langkah:

  1. Mempromosikan budaya transparansi, komunikasi terbuka, dan akuntabilitas.
  2. Menyediakan program pengembangan kepemimpinan yang menekankan kepemimpinan etis dan keterampilan interpersonal.
  3. Dorong team work untuk melaporkan perilaku manipulatif melalui proses rahasia dan aman.
  4. Menerapkan mekanisme umpan balik reguler untuk mengukur kepuasan dan keterlibatan team work.
  5. Pegang para pemimpin bertanggung jawab atas perilaku dan kinerja mereka, terlepas dari posisi mereka.
  6. Kembangkan lingkungan kerja yang mendukung dan inklusif yang menghargai keragaman dan perspektif yang berbeda.
  7. Merevitalisasi Organisasi, agar menjadi semakin innovativ dan merujuk pada undang-undang dan peraturan yang ada. Sehingga menutup kemungkinan gaya kepemimpinan manipulative.

Kesimpulan.

Gaya kepemimpinan manipulatif dapat memiliki konsekuensi negatif, berdampak pada kepercayaan, moral, keterlibatan, dan bahkan reputasi organisasi. Sangat penting bagi para pemimpin organisasi untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengatasi perilaku manipulatif dan menumbuhkan budaya kerja yang menghargai integritas, rasa hormat, dan kolaborasi. Dengan melakukan itu, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, lebih produktif, dan lebih berkelanjutan untuk semua.

Semoga bermanfaat.