( sebuah instropeksi diri )

Jika kita semua memerlukan jaminan atau bukti ainul yakin, maka itu bukan kepercayaan yang kita berikan kepada pimpinan kita. Karena yang kita butuhkan untuk mempercayainya adalah Haqqul yakin.
Kepercayaan kita kepada pimpinan harus ditempatkan tanpa jaminan, walau terkadang salah pada akhinya atau membuat orang yang kita percaya lupa diri: Yang hasilnya adalah pimpinan kita mengecewakan kita dan kita mengecewakan pimpinan kita. Ketika semua ini terjadi maka kepercayaan dan hubungan berdasarkan kepercayaan keduanya akan rusak. Kepercayaan, terus-menerus diamati, diperoleh dengan susah payah dan mudah hilang. Itu adalah modal sosial yang berharga dan tidak boleh disia-siakan khususnya oleh Pimpinan di mana komunitas sangat bergantung kepada eksistensinya.
Kemudian jika kepercayaan yang kita berikan hanya berdasar pada jaminan yang bisa didapat, kita perlu menaruh kepercayaan dengan hati-hati. Ini bisa jadi sulit. Bocah gembala kecil yang berteriak 'Serigala! Serigala!' Akhirnya kehilangan dombanya, tetapi perjalanan kebersamnaan kita, telah dicatat oleh sejarah komunitas, betapa banyak tindakan yang tidak sama dengan ucapan telah membingungkan stakeholders berkali-kali. Segalan bentuk ketidak benaran sering berhasil. Penyalah gunaan amanah, penggelapan pemalsuan dan plagiarism, Janji yang sering tidak ditepati, doktrin yang menimbulkan blind fanatism atau TAKLID BUTA , semua menjadi prilaku enteng “ SEGO JANGAN” walau sebenarnya melanggar kepercayaan banyak orang . Dan sering lolos begitu saja.
Ketika tiba waktunya Allah memberi peringatan atas semua prilaku tersebut diatas, kemudian semua orang ikut bertungkus lumus mengambil langkah-langkah rumit untuk mencegah akibat buruk yang akan terjadi. Tetapi karena kebiasaan buruk selalu dipelihara, maka inkonsistensi yang membahayakan diri sendiri selalu terjadi. Semua kepercayaan harus diberikan sebaliknya ketidak percayaan kepada orang lain adalah balasan dari kepercayaan penuh kepada diri seseorang dengan karakter tersebut diatas.
Ketika tiba waktunya, maka audit forensik sudah tidak dibutuhkan, Polisi yang menyelidiki dan menyidik tuduhan tidak lagi diperlukan, Jaksa yang menuntut tidak lagi diperlukan, Hakim yang memutus tidak juga diperlukan, technologi yang canggih pun tidak dibutuhkan. Upaya untuk mencegah penyalahgunaan kepercayaan sangat besar, tanpa henti dan mahal; dan mau tidak mau hasilnya selalu kurang sempurna.
Jadi apa yang kita butuhkan?. Yang kita butuhkan adalah instropeksi diri, dengan menyimak prilaku yang sebenarnya sudah kita lakukan, kemudian setelah kita mengenal diri dan segala sebab peringatan Allah, maka kita kenal Allah yang maha menjaga, dan kita pun akan menjaga kepercayaan. Karena sesungguhnya kepercayaan komunitas ( dalam kebersamaan ) adalah kepercayaan Allah SWT.
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وإِيَّاكُمْ وَالفُرْقَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، أَخْرَجَهُ الترمذيُّ
Wahai manusia, kalian harus berjamaah dan hindarilah pertikaian, karena syetan lebih suka pada egoisme (ananiah).