Seorang pemimpin bukan hanya seseorang yang memegang posisi tinggi atau memiliki otoritas atas orang lain, tetapi seseorang yang menginspirasi dan memberdayakan orang-orang di sekitar mereka untuk mencapai tujuan bersama. Mereka memiliki keterampilan komunikasi yang kuat, mampu mengartikulasikan visi mereka dengan jelas, dan memotivasi orang lain dengan antusias.
Para pemimpin merangkul keragaman dan menghargai kolaborasi, menciptakan lingkungan yang inklusif di mana setiap orang merasa dihargai dan didengar. Mereka bersedia mengambil risiko, membuat keputusan sulit, dan belajar dari kegagalan. Seorang pemimpin sejati memahami pentingnya memimpin dengan contoh, menunjukkan integritas dalam tindakan dan kata-kata mereka. Mereka memiliki rasa empati yang kuat dan terampil membangun hubungan berdasarkan kepercayaan.
Kepemimpinan bukan tentang memerintah orang-orang di sekitar; ini tentang mendorong pertumbuhan individu, mengeluarkan potensi terbaik mereka sambil secara bersamaan mencapai hal-hal hebat bersama sebagai sebuah tim. Menjadi seorang pemimpin berarti terus berkembang, belajar dari pengalaman, dan beradaptasi dengan situasi baru sambil menjaga kesejahteraan team di garis depan.
Kepemimpinan dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung pada konteks dan organisasi atau kelompok yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kepemimpinan dapat dibagi:
- Berdasarkan otoritas formal: Di banyak organisasi,kepemimpinan dibagi berdasarkan otoritas formal dan hierarki.Ini berarti bahwa individu di bagian atas bagan organisasi, seperti CEO atau manajer,memiliki otoritas formal atas mereka yang berada di posisi yang lebih rendah.
- Berdasarkan fungsi atau peran: Kepemimpinan juga dapat dibagi berdasarkan fungsi atau peran yang berbeda dalam suatu organisasi. Misalnya, mungkin ada pemimpin yang bertanggung jawab atas keuangan, pemasaran,atau sumber daya manusia, masing-masing dengan bidang keahlian dan tanggung jawab mereka sendiri.
- Berdasarkan lokasi geografis: Di beberapa organisasi, kepemimpinan dapat dibagi berdasarkan lokasi geografis.Hal ini sering terjadi di perusahaan multinasional,di mana mungkin ada pemimpin yang bertanggung jawab untuk berbagai wilayah atau negara.
- Berdasarkan kepemimpinan bersama: Pendekatan lain untuk membagi kepemimpinan didasarkan pada kepemimpinan bersama, di mana tanggung jawab untuk kepemimpinan didistribusikan di antara banyak individu atau tim. Pendekatan ini menekankan kolaborasi dan pengambilan keputusan kolektif,daripada mengandalkan satu pemimpin.
- Berdasarkan gaya kepemimpinan: Kepemimpinan juga dapat dibagi berdasarkan gaya kepemimpinan yang berbeda,seperti kepemimpinan otokratis, demokratis, atau pelayan. Setiap gaya menekankan pendekatan yang berbeda untuk pengambilan keputusan,komunikasi,dan motivasi.
Ini hanyalah beberapa contoh bagaimana kepemimpinan dapat dibagi. Pendekatan yang paling efektif akan tergantung pada organisasi dan tujuan serta nilai-2 anggotanya.
Gaya kepemimpinan.
Pemimpin fasis atau diktator adalah seseorang yang berusaha memaksakan visi otoriter mereka sendiri yang berpikiran, mencekik kebebasan individu dan menjelek-jelekkan mereka yang berani tidak setuju. Bahkan yang dicurigai merugikan kepentingannya.
Mereka sering menggunakan fear-mongering dan propaganda untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, dan mengelilingi diri mereka dengan loyalis yang lebih tertarik pada keuntungan pribadi daripada kebaikan organisasi yang lebih besar.
Para pemimpin fasis dicirikan sering menggunakan retorika patriotik untuk membenarkan kecenderungan otoriter mereka.
Mereka berusaha untuk membagi komunitas menjadi kita versus mereka, mengkambinghitamkan kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan mempromosikan mitos superioritas diri dan keluarga yang dianggapnya “ kita “.
Retorika beracun ini digunakan untuk membenarkan kebijakan diskriminatif, pelanggaran hak-2 team works untuk berbicara, dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Pada akhirnya, seorang pemimpin fasis adalah seseorang yang menghargai kekuasaan dan kontrol di atas segalanya, dan bersedia menginjak-injak hak dan martabat orang lain , dan memecah belah jika diperlukan untuk mencapai tujuan mereka.
Ini adalah lereng yang berbahaya dan licin, dan lereng yang harus kita waspadai untuk melindungi institusi besar kita dan nilai-nilai yang kita hargai, sehingga bisa menuju ke tujuan berorganisasi yang sehat, cerdas dan manusiawi.
Pemimpin yang memecah belah bisa sangat karismatik, memiliki banyak energi, dan memiliki kepribadian yang magnetis. Namun, mereka juga bisa beracun, menyebabkan keretakan antara anggota team, menumbuhkan budaya ketakutan, dan membatasi pertumbuhan. Beberapa tanda pemimpin yang memecah belah termasuk bermain favorit, membagi tim menjadi subkelompok, tidak memberikan arahan yang jelas, dan sering mengubah aturan atau tujuan. Ketahuilah bahwa perilaku ini tidak akan berubah dalam semalam dan akan membutuhkan waktu dan dedikasi untuk mengubahnya, karena perobahan gaya kepemimpinan pasti akan merobah performanse organisasi.
Kita ambil sisi positivenya.
Istilah "membelah" biasanya memiliki konotasi negatif, karena mengacu pada sesuatu yang menciptakan pembagian atau pemisahan. Namun, dalam konteks tertentu, itu dapat digunakan dengan cara yang positif.
Misalnya, dalam politik, masalah yang memecah belah dapat menjadi salah satu yang membawa perhatian pada topik penting dan sering diabaikan. Masalah-2 ini dapat memicu perdebatan dan diskusi yang memanas, yang pada akhirnya dapat mengarah pada kemajuan dan perubahan. Dalam pengertian ini, upaya pemecahbelahan dapat dilihat sebagai kekuatan positif untuk perubahan.
Pemimpin effective:
Bayangkan seorang kapten rugby di lapangan yang basah kuyup oleh hujan. Permainan ini merupakan pertarungan yang menegangkan, strategi berubah setiap kali hujan turun, dan kesalahan yang tidak terduga dapat membalikkan keadaan. Gaya kepemimpinan tradisional, dengan permainan yang kaku dan formasi yang telah ditentukan sebelumnya, runtuh di bawah tekanan seperti itu. Pemimpin harus transformasional, sehingga mampu memberdayakan potensi team works untuk beradaptasi dan bereaksi, menciptakan kemenangan melalui ketangkasan dan inovasi.
Semua itu hanya bisa dilakukan oleh Pemimpin yang mengedepankan Nahniah bukan Ananiah.jika konsep Ananiah yang dikedepankan, maka hasilnya adalah kesulitan demi kesulitan, ironinya setiap kesulitan yang timbul karena watak dan karakter ananiahnya , kesulitan yang dihadapinya di timpakan kepada orang lain sebagai penyebabnya.
Pemimpin yang baik adalah Pemimpin yang punya kesabaran konseptive dan bukan arogansi yang dikedepankan. Pemimpin yang baik bukan sosok yang syarat dengan keangkuhan Pemimpin yang baik adalah sosok yang ikhlas dalam membimbing komunitasnya.
Pemimpin yang mengemban amanah dunia maya dan dunia nyata, harus bersikap bijaksana, sehingga komunitas dunia maya dan dunia nyata mampu beradaptasi dan tidak hanya dijadikan sumber kehebatan semu dunia nyata.
Jika semua gonjang ganjing tidak di selesaikan dengan baik. Maka akan ada penyelesaian formal yang merugikan.